Arus listrik
Pengertian Arus Listrik Adalah banyaknya Muatan (elektron-elektron) yang bergerak disebut dengan arus. Arus yang terdapat di dalam sebuah jalur tertentu, seperti misalnya kawat logam (tembaga), mempunyai besar dan arah yang diasosiasikan dengan adanya muatan bergerak melalui sebuah titik tertentu per satuan waktu dalam arah tertentu. . Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere.
Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (
jenis-jenis arus listrik
jenis arus listrik terbagi menjadi 2 bagian antara lain adalah Arus bolak balik atau AC (Alternating Current) dan Arus searah atau DC (Direct Current),
1.Arus listrik searahTegangan yang bekerja pada rangkaian arus listrik tertutup selalu dengan arah yang sama, maka arus listrik yang mengalir arahnya juga sama. Biasa disebut dengan arus searah (simbol normalisasi : ¾ ).
Arus listrik searah adalah arus listrik yang mengalir dengan arah dan besar yang tetap/konstan.
2.Arus listrik bolak-balik
Tegangan
pada suatu rangkaian arus, arahnya berubah-ubah dengan suatu
irama/ritme tertentu, dengan demikian maka arah dan besarnya arus
selalu berubah-ubah pula. Biasa disebut arus listrik bolak-balik (simbol normalisasi : ~ ).
Berarti bahwa elektron bebasnya bergerak maju dan mundur
penghantar listrik
3.1. Penghantar, bukan penghantar, semi penghantar
Kita bedakan antara :
Penghantar listrik : elektron
Yang termasuk didalamnya yaitu logam seperti misalnya tembaga, alumunium, perak, emas, besi dan juga arang.
Atom logam membentuk sesuatu yang disebut struktur logam.
Dimana setiap atom logam memberikan semua elektron valensinya
(elektron-elektron pada lintasan terluar) dan juga ion-ion atom positip.
gb.kisi-kisi ruang suatu logam dgn awan elektron
gb.kisi-kisi ruang suatu logam dgn awan elektron
Ion-ion menempati ruang dengan jarak tertentu serta sama antara satu dengan yang lain dan membentuk sesuatu yang disebut dengan kisi-kisi ruang atau pola geometris atom-atom (gambar 1.7).
Elektron-elektron
bergerak seperti suatu awan atau gas diantara ion-ion yang diam dan
oleh karenanya bergerak relatip ringan didalam kisi-kisi ruang.
Elektron tersebut dikenal sebagai elektron bebas. Awan elektron bermuatan negatip praktis termasuk juga didalamnya ion-ion atom yang bermuatan positip.
Sepotong tembaga dengan panjang sisinya 1 cm memiliki kira-kira 1023 (yaitu satu dengan 23 nol) elektron bebas. Melalui tekanan listrik dengan arah arus listrik tertentu, yang dalam teknik listrik dikenal sebagai tegangan listrik , elektron-elektron bebas dalam penghantar listrik digiring melalui kisi-kisi (gb. 1.8). Dengan demikian elektron-elektron penghantar listrik mentransfer muatan listrik negatipnya dengan arah tertentu. Biasa disebut sebagai arus listrik.
Gambar 1.8
Mekanisme penghantar logam
Tahanan Listrik (resistor)
Gambar 1.25 Gerakan elektron didalam penghantar logam
Satuan SI yang ditetapkan untuk tahanan listrik adalah Ohm.
Simbol formula untuk tahanan listrik adalah R
Simbol satuan untuk Ohm yaitu W (baca: Ohm). W adalah huruf Yunani Omega.
Satuan SI yang ditetapkan 1 W didefinisikan dengan aturan sbb. :
1 MW = 1 Megaohm = 1000000 W = 106 W
1 Ohm adalah sama dengan tahanan yang dengan perantaraan tegangan 1 V mengalir kuat arus sebesar 1 A.
Pembagian dan kelipatan satuan :
1 kW = 1 Kiloohm = 1000 W = 103 W
1 mW = 1 Milliohm = 1/1000 W = 10-3 W5.1 Tahanan Jenis (Spesifikasi Tahanan)
Percobaan :
Penghantar bermacam-macam bahan (tembaga, alumunium, besi baja) dengan panjang dan luas penampang sama berturut-turut dihubung ke sumber tegangan melalui sebuah ampermeter dan masing-masing kuat arus (simpangan jarum) diperbandingkan.
Percobaan
memperlihatkan bahwa besarnya arus listrik masing-masing bahan
berlawanan dengan tahanannya. Tahanan ini tergantung pada susunan
bagian dalam bahan yang bersangkutan (kerapatan atom dan jumlah
elektron bebas) dan disebut sebagai tahanan jenis (spesifikasi tahanan).
Gambar 1.26
Perbandingan tahanan suatu penghantar:
a)Tembaga
b)Alumunium
c)Besi baja
Simbol formula untuk tahanan jenis adalah r (baca: rho). r adalah huruf abjad Yunani.
Untuk dapat membandingkan bermacam-macam bahan, perlu bertitik tolak pada kawat dengan panjang 1 m dan luas penampang 1 mm2, dalam hal ini tahanan diukur pada suhu 20 OC.
Tahanan
jenis suatu bahan penghantar menunjukkan bahwa angka yang tertera
adalah sesuai dengan nilai tahanannya untuk panjang 1 m, luas penampang
1 mm2 dan pada temperatur 20 OC
Suatu tahanan jenis adalah
Suatu tahanan jenis adalah
Sebagai contoh, besarnya tahanan jenis untuk :
tembaga r = 0,0178 W.mm2/m
alumunium r = 0,0278 W.mm2/m
perak r = 0,016 W.mm2/m5.2 Tahanan Listrik Suatu Penghantar
Gambar 1.27 Rangkaian arus dengan panjang penghantar berbeda
b) Luas penampang berbeda
Gambar 1.28 Rangkaian arus dengan luas penampang penghantar berbeda
TEGANGAN LISTRIK
Tegangan listrik U adalah merupakan perbedaan penempatan elektron-elektron antara dua buah titik.
Elektron-elektron
untuk bergeraknya memerlukan suatu mesin penggerak, yang mirip dengan
sebuah pompa, dimana pada salah satu sisi rangkaian listrik
elektron-elektronnya “didorong kedalam”, bersamaan dengan itu pada sisi
yang lain “menarik” elektron-elektron. Mesin ini selanjutnya disebut
sebagai pembangkit tegangan atau sumber tegangan.
Dengan demikian pada salah satu klem dari sumber tegangan kelebihan elektron (kutub -), klem yang lainnya kekurangan elektron (kutub +). Makaantara kedua klem terdapat suatu perbedaan penempatan elektron. Keadaan seperti ini dikenal sebagai tegangan (lihat gambar 1.19).
Satuan SI yang ditetapkan untuk tegangan adalah Volt
Simbol formula untuk tegangan adalah U
Simbol satuan untuk Volt adalah V
Pembagian dan kelipatan satuan :
1 MV = 1 Megavolt = 1000000 V = 106 V
1 kV = 1 Kilovolt = 1000 V = 103 V
1 mV = 1 Millivolt = 1/1000 V = 10-3 V
1 mV = 1 Mikrovolt = 1/1000000 V = 10-6 V
Ketetapan satuan SI untuk 1V didefinisikan dengan bantuan daya listrik.
Pada rangkaian listrik dibedakan beberapa macam tegangan, yaitu tegangan sumber dan tegangan jatuh (lihat gambar 1.20).Gambar 1.20 Tegangan Sumber & Tegangan jatuh pada suatu rangkaian.
Tegangan sumber (simbol Us) adalah tegangan yang dibangkitkan didalam sumber tegangan.
Tegangan jatuh atau secara umum tegangan (simbol U) adalah tegangan yang digunakan pada beban.
Dan dengan demikian maka tegangan sumber merupakan penyebab atas terjadinya aliran arus.
Tegangan sumber didistribusikan ke seluruh rangkaian
listrik dan digunakan pada masing-masing beban. Serta disebut juga sebagai : "Tegangan jatuh pada beban."
listrik dan digunakan pada masing-masing beban. Serta disebut juga sebagai : "Tegangan jatuh pada beban."
Dari
gambar 1.20, antara dua titik yang manapun pada rangkaian arus, misal
antara titik 1 dan 2 atau antara titik 2 dan 3, maka hanya merupakan
sebagian tegangan sumber yang efektip. Bagian tegangan ini disebut
tegangan jatuh atau tegangan saja.
4.1 POTENSIAL
Bumi mempunyai potensial j = 0 V.
Gambar 1.21 Potensial4.1 POTENSIAL
Kita
tempatkan elektron-elektron pada bola logam berlawanan dengan bumi,
maka antara bola dan bumi terdapat perbedaan penempatan
elektron-elektron, yang berarti suatu tegangan.
Tegangan antara benda padat yang bermuatan dengan bumi atau titik apa saja yang direkomendasi disebut potensial (simbol : j).
Satuan potensial adalah juga Volt. Tetapi sebagai simbol formula untuk potensial digunakan huruf Yunani j (baca : phi).
Bumi mempunyai potensial j = 0 V.
Potensial bola menjadi positip terhadap bumi, jika elektron-elektron bola diambil (misal j1 = +10 V, lihat gambar 1.21).
Potensial bola menjadi negatip terhadap bumi, jika ditambahkan elektron-elektron pada bola (misal j2 = -3 V).
Potensial selalu mempunyai tanda.
Jika suatu bola j1 = +10 V dan yang lain j2 = -3 V (gambar 1.21), maka
antara dua buah bola tersebut terdapat suatu perbedaan penempatan elektron-elektron dan dengan demikian maka besarnya tegangan dapat ditentukan dengan aturan sebagai berikut :
antara dua buah bola tersebut terdapat suatu perbedaan penempatan elektron-elektron dan dengan demikian maka besarnya tegangan dapat ditentukan dengan aturan sebagai berikut :
U = j1 - j2 = +10 V -(-3 V) = +10 V + 3
V = 13 V
Dalam hal ini bola bermuatan positip dibuat dengan tanda kutub plus dan bola bermuatan negatip dengan kutub minus.V = 13 V
Gambar 1.22 Potensial dan Tegangan
Suatu tegangan antara dua buah titik dinyatakan sebagai perbedaan potensial titik-titik tersebut.
Tegangan = perbedaan potensial (potensial difference)Rangkaian Listrik paralel
Rangkaian Paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara berderet (paralel). Lampu yang dipasang di rumah umumnya merupakan rangkaian paralel. Rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen berasal dari sumber yang sama.
Suatu Rangkaian Listrik paralel
beberapa tahanan terbentuk, jika arus yang ditimbulkannya terbagi dalam
arus-arus cabang dan serentak mengalir menuju tahanan-tahanan tersebut.
Bagaimana karakteristik arus, tegangan dan tahanannya, diperlihatkan
melalui pemikiran dan percobaan berikut :
melalui pemikiran dan percobaan berikut :
Diantara kedua titik percabangan arus yaitu titik A dan B (gambar 2.14) terletak tegangan total U. Disini semua tahanan bagian bergantung pada klem-klemnya, semua tahanan terhubung pada tegangan yang sama U.
Dengan demikian sebagai ciri utama rangkaian parallel berlaku :
Pada suatu rangkaian parallel semua tahanan terletak pada tegangan yang sama.
Percobaan :
Percobaan :
Pengukuran arus I, I1, I2 dan I3 pada rangkaian yang diberikan (gambar 2.15).
Hasil pengukuran:
I = 1,1 A; I1 = 0,6 A; I2 = 0,3 A; I3 = 0,2 A
Suatu pemikiran yang lebih terperinci tentang nilai hasil pengukuran arus diperlihatkan oleh hubungan berikut:
Arus total adalah sama dengan jumlah arus-arus bagian (cabang).
I = I1 + I2 + I3 + . . .
melalui tiga lintasan arus, tetapi nilai seluruhnya tetap konstan.
Penjelasan untuk hal tersebut dalam hal ini, bahwasanya arus total hanya dibagi
Kita perbandingkan kuat arus dengan nilai tahanan yang ada, maka diketahui:
Pada tahanan terbesar mengalir arus terkecil dan pada tahanan terkecil mengalir arus terbesar.
Pada tegangan yang sama maka cabang dengan tahanan besar harus mengalir arus yang kecil.
Perbandingan arus
Pengertian ini dapat dibuktikan dengan hukum Ohm. dalam Rangkaian Listrik paralel ini berlaku rumus:
Pada tegangan yang sama maka cabang dengan tahana
n besar harus mengalir arus yang kecil.
n besar harus mengalir arus yang kecil.
diperlihatkan, bahwa perbandingan-perbandingan tersebut berkebalikan.
Dengan demikian berlaku:
Arus bagian (cabang) satu sama lain berbanding terbalik sebagai-mana tahanan bagian (cabang) yang ada.
Jadi arus total terbagi dalam suatu perbandingan tertentu atas arus cabang, yang tergantung pada masing-masing tahanan.
Tahanan total, yang juga dikenal sebagai tahanan pengganti, dapat ditentukan dengan hukum ohm (lihat gambar 2.15).
Kita bandingkan nilai tahanan-tahanan Rangkaian Rangkaian Listrik
bagian(cabang) dengan tahanan total, maka menarik perhatian, bahwa
semua tahanan bagian (cabang) lebih besar dari pada tahanan total.
Tahanan total lebih kecil dari tahanan bagian/caba
ng yang terkecil.
ng yang terkecil.
Hal
tersebut dapat diterangkan bahwa setiap merangkai tahanan secara
parallel menghasilkan arus tersendiri dari nilai tahanannya, sehingga
arus total untuk tahanan parallel menjadi meningkat, berarti tahanan
totalnya berkurang dan menjadi lebih kecil dari tahanan bagian (cabang)
yang terkecil.
Misal kita kombinasikan tahanan 1W dengan tahanan 1000 W, maka tahanan 1000 W memang hanya menghasilkan arus yang sangat kecil dibanding arus pada tahanan 1W, tetapi arus totalnya meningkat, artinya tahanan total menjadi lebih kecil dari 1W.
Setiap menghubungkan cabang parallel (tahanan Rangkaian Listrik paralel ) menghantarkan rangkaian arus yang lebih baik. Daya hantarnya meningkat. Maka daya hantar total suatu Rangkaian Listrik paralel menjadi :Gtot = G1 + G2 + G3 + . . .
Seper tahanan total adalah sama dengan jumlah dari seper tahanan bagian (cabang).
Tahanan total untuk dua tahanan yang dirangkai parallel
Rangkaian
parallel sangat sering digunakan didalam praktik. Praktis semua beban
dirangkai parallel pada jala-jala, dalam hal ini peralatan tersebut
dibuat untuk tegangan nominal tertentu dan pada gangguan tidak
berfungsinya salah satu peralatan semua yang lainnya tidak terpengarug
olehnya (gambar 2.16). Tahanan parallel juga dipasang, untuk mengatasi
tingginya kuat arus suatu pemakai (beban), seperti misalnya pada
perluasan batas ukur suatu pengukur arus (amperemeter).
Gambar 2.16 Rangkaian parallel dalam praktik
RANGKAIAN SERI
Rangkaian Seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun dalam rangkaian seri.
Penerapan hokum ohm dengan mudah diaplikasikan melihat nilai hambatan yang dapat dicari dengan menjumlahkan seluruh komponen tersebut. V=I.R ; RTotal = R1 + R2 + R3 + ….+ Rn
Gambar Skema Rangkaian Seri
Rangkaian Seri memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih praktis untuk digunakan. Penggunaan tersebut juga bisa deatur secara manual atau automatik. Selanjutnya rangkaian ini juga memiliki rancangan yang lebih simple atau sederhana sehingga lebih muda untuk dibuat.Rangkaian Resistor Seri
Rangkaian Resistor Seri
RTotal = R1 + R2 + … Rn
RTotal = Resistansi total
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
Rn = Resistor ke-n
Contoh:
Jika terdapat R1 = 10 Ω, R1 = 20 Ω, dan R3 = 100 Ω kemudian dipasangsecara berderet (seri) maka resistansi totalnya adalah:
RTotal = R1 + R2 + R3
RTotal = 10 Ω + 20 Ω + 100Ω
RTotal = 130 Ω
Rangkaian Resistor Paralel
Rangkaian Resistor Paralel
1/RTotal = 1/R1 + 1/R2 + … 1/Rn
Contoh:
Jika terdapat tiga buah resistor dengan masing-masing nilai R1 = 4 Ω, R2 = 3 Ω, R3 = 8 Ω kemudian dipasang paralel, maka resistansi totalnya adalah sebagai berikut:
1/RTotal = 1/R1 + 1/R2 +1/R3
1/RTotal = 1/4 + 1/3 + 1/6
1/RTotal = 3/12 + 4/12 + 2/12
1/RTotal =9/12
RTotal =12/9 atau 4/3
RTotal =1.333 Ω
Rangkaian Resistor Seri-Paralel
Rangkaian resistor seri-paralel adalah gabungan dari rangkaian seri dan rangkaian paralel. Oleh karena itu untuk menghitung resistor pada rangkaian seri-paralel harus dipahami dulu bagaimana resistor-resistor tersebut dihubung. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penghitungan mana yang akan didahulukan. Pada gambar di bawah yang didahulukan adalah menghitung bagian paralel yakni R1 dan Rn (R1//Rn) sedang pada gambar di bawahnya yang didahulukan adalah menghitung bagian seri yakni R1 dan R2 (R1+R2).
Rangkaian Resistor Seri Paralel
Jika R1 = 200 Ω, R2 = 50 Ω, dan Rn =50 Ω, maka cara menghitung resistor totalnya adalah sebagai berukut:
RTotal = R1 + (R2//Rn) baca: Resistansi total sama dengan R1 diserikan dengan R2 yang dipalalel dengan Rn. Artinya penghitungan paralel antara R2 dan Rn didahulukan.
RP = R1//Rn (tanda “//” artinya paralel, jadi gunakan rumus perhitungan resistor paralel)
1/RP = 1/R1 + 1/Rn
1/RP = 1/50 + 1/50
1/RP = 2/50
RP = 50/2 = 25 Ω
Setelah hasil sementara RP diketahui, selanjutnya jumlahkan (diserikan) dengan R1.
RTotal = R1 + (R2//Rn)
RTotal = R1 + RP
RTotal = 200 + 25
RTotal = 225 Ω
Rangkaian Resistor Seri Paralel
Untuk menghitung resistansi total dari rangkaian seri-paralel di atas, lakukan penghitungan pada rangkaian seri terlebih dahulu yaitu R1 dan R2, selanjutnya diparalelkan dengan Rn. Jika pada gambar di atas R1=50 Ω, R2 = 150 Ω, dan Rn =200 Ω, maka cara menghitung resistor totalnya adalah sebagi berikut:
RTotal = (R1 + R2) // Rn) baca: R1 diserikan dengan R2 kemudian diparalel dengan Rn
RS = R1 + R2
RS = 50 + 150
RS = 200 Ω
Setelah hasil sementara Rs diketahui, selanjutnya paralelkan dengan Rn.
RTotal = (R1 + R2) // Rn
RTotal = RS // Rn
1/RTotal = 1/R1 + 1/Rn
1/RTotal = 1/200 + 1/200
1/RTotal = 2/200
RTotal = 200/2
1/RTotal = 100 Ω
MENGHIRUNG DAYA, HAMBATAN, TEGANGAN
Gambar di bawah adalah contoh rangkaian seri sederhana yang terdiri dari dua buah resistor (R1 dan R2) dan sumber tegangan (V). Untuk menghitung arus, tegangan, daya, dan resistansi pada rangkaian seri dapat menggunakan hukun Ohm yaitu V=IxR. V adalah sumber tegangan dalam satuan Volt (V), I adalah arus yang mengalir dalam satuan Ampere (A), dan R adalah Resistansi dalam satuan Ohm (Ω). Penjelasan lebih detil mengenai hukum Ohm akan dibahas di posting lain.
Rangkaian Seri Dua Resistor
Jika pada rangkaian di atas diketahui sumber tegangan DC = 12 Volt, R1 = 8 KΩ, dan R2 = 4 KΩ, berapa arus yang mengalir, tegangan, dan daya di setiap resistor (R1 dan R2).
Solusinya sebagai berikut:
Diketahui
V = 12 Volt
R1 = 8 KΩ atau 8.000 Ω (harus dalam satuan Ohm)
R2 = 4 KΩ atau 4.000 Ω (harus dalam satuan Ohm)
RTotal = R1 + R2 (karena rangkaian seri)
RTotal = 8.000 + 4.000
RTotal = 12.000 Ω atau 12 KΩ
Menghitung Arus
V = I x R (Hukum Ohm)
I = V / R
I = 12 / 12.000
I = 0.001 Ampere atau 1 mA (mili Ampere)
Menghitung Tegangan
Untuk menghitung daya, harus diketahui tegangan di masing-masing resistor (VR1 dan VR2). Karena ini merupakan rangkaian seri, maka arus yang mengalir pada R1 dan R2 besarnya sama (I1=I2).
V = I x R
VR1 = I1 x R1
VR1 = 0.001 x 8.000
VR1 = 8 Volt
VR2 = I2 x R2
VR2 = 0.001 x 4.000
VR2 = 4 Volt
V = VR1 + VR2
12 V = 8 V + 4 V
Menghitung Daya
P = I x V
P1 = I1 x VR1
P1 = 0.001 x 8
P1 = 0.008 Watt atau 8 mW (mili Watt)
P2 = I2 x VR2
P2 = 0.001 x 4
P2 = 0.004 Watt atau 4 mW (mili Watt)
Kesimpulan
- Arus yang mengalir (I) adalah 1 mA
- Tegangan di R1 (VR1) adalah 8 V
- Tagangan di R2 (VR2) adalah 4 V
- Daya di R1 (P1) adalah 8 mW
- Daya di R2 (P2) adalah 4 mW
Rangkaian Seri Tiga Resistor
Sahabat dapat memperhatikan contoh lain untuk menghitung arus, tegangan, daya, dan resistansi pada rangkaian seri yang terdiri dari tiga buah resistor (R1, R2, dan R3) seperti pada gambar di atas. Jika diketahui tegangan sumber adalah 15 Volt, R1 = 500 Ω, R2 =5 KΩ, dan arus yang mengalir adalah 2 mA, berapa resistansi R3 dan daya di masing-masing resistor.
Solusinya sebagai berikut:
Diketahui
R1 = 500 Ω
R2 = 5.000 Ω
V = 15 Volt
I = 2 mA = 0.002 A
Menghitung Resistansi
RTotal = R1 + R2 + R3 (Rumus resistor seri)
RTotal = 500 Ω + 5.000 Ω + R3
RTotal = 5.500 Ω + R3
V = I x R (Hukum Ohm)
R = V / I
RTotal = 15 / 0.002
RTotal = 7.500 Ω = 7.5 KΩ
RTotal = 5.500 Ω + R3
R3 = RTotal - 5.500 Ω
R3 = 2.000 Ω = 2 KΩ
Menghitung Tegangan
V = I x R
I = I1 = I2 = I3 (Arus pada rangkaian seri besarnya sama)
VR1 = I1 x R1
VR1 = 0.002 x 500
VR1 = 1 Volt
VR2 = I2 x R2
VR2 = 0.002 x 5000
VR2 = 10 Volt
VR3 = I3 x R3
VR3 = 0.002 x 2.000
VR3 = 4 Volt
V = VR1 + VR2 + VR3
15 V = 1 V + 10 V + 4 V
Menghitung Daya
P = I x V
P1 = I1 x VR1
P1 = o.002 x 1
P1 = 0.002 W atau 2 mW
P2 = I2 x VR2
P2 = 0.002 x 10
P2 = 0.02 W atau 20 mW
P3 = I3 x VR3
P3 = 0.002 x 4
P3 = 0.008 W atau 8 mW
Kesimpulan
- Resistansi di R3 adalah 2 KΩ
- Tegangan di R1 (VR1) adalah 1 Volt
- Tegangan di R2 (VR2) adalah 10 Volt
- Tegangan di R3 (VR3) adalah 4 Volt
- Daya di R1 (P1) adalah 2 mW
- Daya di R2 (P2) adalah 20 mW
- Daya di R3 (P3) adalah 8 mW
sumber :
-didik siswanto,SPd,MM.
-http://www.elektronika123.com/cara-menghitung-resistor/
-http://hamadun.blogspot.com/2010/05/rangkaian-paralel-tahanan.html#more
Tidak ada komentar:
Posting Komentar